Sabtu, 26 Oktober 2013 0 komentar

Second Day in Banda Aceh: Darussalam, UIN Ar-Raniry dan Krueng Raya Beach

Akhir bulan di awal tahun..
ya...saya mengawali awal tahun dengan perjalanan yang sangat menyenangkan,
Hari ini kamis terakhir di bulan Januari, tepatnya tanggal 31 Januari 2013, 
Pagi ini adalah hari kedua saya berada di Nanggroe Aceh Darussalam. Sejak saya membuka mata tadi pagi, saya menghirup udara yang jelas berbeda dari biasanya, udara yang penuh dengan kebahagiaan.

Okey..pagi ini saya di ajak oleh abati (red.ayah) untuk menemaninya ke salah satu perguruan tinggi negeri di kota Banda Aceh, dan tidak ingin melewatkan satu kesempatan yang jarang sekali terjadi, saya pun mengajak ummi (red.ibu) saya untutk ikut bersama kami, awalnya ibu saya menolak, karena memang kondisi beliau yang sedang kurang sehat, tetapi saya ingin sekali jalan-jalan bersama-sama, akhirnya beliau pun sepakat untuk ikut dalam perjalanan ini.

Sepanjang jalan kami melihat pemandangan yang menyenangkan, sampai di satu sudut jalan di daerah Simpang Mesra, saya melihat sebuah tugu dengan lambang pena yang cukup besar.
Tugu itu punya kenangan tersendiri untuk saya dan mengingatkan kembali ke masa kecil dimana ayah saya sering mengajak saya ke Darussalam dan melewati tugu pena ini, hanya tugu pena itu lah yang saya ingat jelas dan sekarang sudah tampak lebih bagus dan terawat daripada sebelumnya. 


Semakin mendekat ke tugu pena, semakin kenangan masa kecil itu terbayang jelas di fikiran saya..
banyak yang sudah berubah rupanya, tapi tetap indah, bagi saya kota Serambi Mekkah ini tetap kota terindah, kota dimana pertama kalinya saya mulai melihat dunia.



Beberapa saat setelah melewati tugu pena, sampailah kami di Kampus IAIN Ar-Raniry, yang sekarang beralih menjadi UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. UIN Ar-Raniry adalah satu-satunya Universitas Agama Islam Negeri yang ada di Banda Aceh, letaknya bertetangga dengan Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH), UNSYIAH juga merupakan Universitas Negeri terbaik di kota Banda Aceh. Senang rasanya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke 2 Universitas terkemuka di Nanggroe Aceh Darussalam ini. 


Sepintas, gedung-gedung di UIN Ar-Raniry ini serupa dengan kampus saya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tetapi ada beberapa perbedaan yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Terlihat beberapa mahasiswa sibuk wara-wiri,  kampus ini benar-benar kental dengan nuansa Islami.

Usai berjalan-jalan mengelilingi kampus, ayah saya mengajak kami ke salah satu pantai di daerah Krueng Raya. Sebenarnya perjalanan ini tidak direncakan sebelumnya, tapi untuk mengisi kekosongan sebelum menjemput adik saya pulang sekolah, kami memutuskan untuk rehat sejenak ke pantai.

Perjalanan yang cukup singkat untuk menjangkau pantai di daerah Krueng Raya
Kami pun segera menuju pondokan kecil untuk beristirahat dan menikmati suasana pantai.
Cukup sepi suasananya, mungkin karena masih siang, cuaca pun cukup terik, tapi tidak mengurangi keindahan pantai tersebut.



Ingin rasanya setiap hari saya mengunjungi pantai ini, tenang dan tidak terlalu ramai, suasananya membuat saya tidak ingin meninggalkan kota Banda Aceh. 


Tidak hanya saya yang mencoba mengabadikan keindahan pantai ini dengan beberapa jepretan kamera, ayah dan ibu saya pun tidak ketinggalan mengabadikan moment terindah agar suatu saat bisa mengulangnya kembali dalam ingatan. 




Tidak terasa waktu menunjukkan tengah hari, dan Adzan Dzuhur pun berkumandang dan memanggil kami untuk segera mencari mesjid terdekat, dan kami pun beranjak untuk melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah di sebuah mesjid yang tidak jauh dari pantai. Usai shalat, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju sekolah Ramza (adik saya) untuk menjemputnya dan makan siang bersama.



Sabtu, 19 Oktober 2013 0 komentar

First Day in Banda Aceh

Liburaaaan....
yeah..of course, yang terbesit adalah menjauh dari kepenatan kota ini.
Tepatnya rabu pagi, 30 Januari 2013, sekitar pukul 05.00 kami (saya bersama ayah dan seorang teman ayah saya) menuju Bandara Soekarnoe Hatta Jakarta..
Well....kami akan terbang menuju Serambi Mekkah, tanah kelahiran tercinta yang saya tinggalkan sekitar 10 tahun yang lalu...
Di fikiran saya hanya...
apa masih sama wajah kota Banda Aceh seperti dulu?
apa tempat dimana dulu saya bermain masih bisa saya kunjungi?
apa pantai-pantai nya masih seindah dulu?
dan...dan...dan...banyak sekali pertanyaan yang pasti terjawab ketika saya sampai dan melihat semuanya sendiri.

4 Jam penerbangan yang sedikit melelahkan cukup terbayar saat saya menginjakkan kaki pertama kali di Tanah Rencong ini..
Betapa tidak, suasana yang cukup berbeda saya rasakan disini, di kota yang tidak sepadat Ibukota, cukup tepat untuk menghabiskan liburan saya yang berharga dan cukup singkat.

Tepatnya di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh...
Saya mendapat sebuah pesan singkat dari seseorang, rupanya dia sudah menunggu saya cukup lama, bahkan mungkin sebelum pesawat saya landing. 
Menyenangkan ketika tahu bahwa ada seseorang yang menunggu saya di lobby Bandara,
Seseorang yang sangat ingin saya temui,
Tapi tidak sempat bertemu karena Abua (panggilan untuk abang dari ayah) yang menjemput kami sudah menunggu dan beliau buru-buru karena harus kembali ke kantor.
tetapi saya tidak meninggalkan seseorang yang menunggu saya begitu saja, saya mencoba membuat janji kembali untuk bertemu di sore hari..

Sepanjang perjalanan menuju rumah, saya melihat wajah kota yang benar-benar asing, hampir tidak sama dengan kota yang saya tinggalkan 10 tahun silam.
Penataan kota yang cukup baik dan cafe-cafe yang berdampingan berdiri di pinggir jalan, sungguh layaknya sebuah kota wisata..
Sebelum berbelok ke arah rumah saya, tidak jauh saya melihat sebuah bangunan yang cukup unik, seperti bentuk sebuah kapal besar, dan didepannya tertulis 'MUSEUM TSUNAMI ACEH'.
Ohh..ini ternyata bangunan itu, bangunan yang selama ini hanya saya lihat di dunia maya, sekarang saya dapat melihatnya langsung dan lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah keluarga saya di Banda Aceh.

Sesampai di rumah, saya disambut hangat dengan ummi (red.Ibu) dan adik saya. Kami pun langsung menyantap makan siang yang sudah disajikan, usai makan abua langsung pamit untuk kembali ke kantor, sementara saya langsung mandi dan bersiap-siap untuk memenuhi janji dengan seseorang yang sangat baik hati bersedia menemani saya untuk berkeliling kota Banda Aceh.
                                                                                 . . . . .
Cukup lama tidak bertemu, akhirnya kami bertemu kembali di sore penutup Januari itu, dia menjemput saya dan dia membawa saya ke sebuah cafe di pinggir pantai, di daerah Ulhee lheu, sebuah kawasan pantai di sudut kota Banda Aceh, cukup romantis suasananya, minum kopi dan teh sambil melihat sunset, seperti mimpi...
Berbanding terbalik suasana saat saya berada di Jakarta yang identik dengan gedung tinggi, kepenatan, macet dan hiruk pikuk kota.

Usai minum teh, kami beranjak menuju Pantai lainnya, cukup banyak pantai di kota ini, dan jarak tempuhnya cukup singkat, bahkan dalam sehari kita bisa mengunjungi 3-4 pantai yang indah-indah..
Tujuan kami adalah Pantai Lhok Nga, sepanjang perjalanan kami disuguhkan dengan panorama yang benar-benar indah, mengagumkan..
Sampai tidak terasa laju motor berhenti dan tiba di pantai, saya ingin sekali berenang di pantai itu, tapi karena waktu sudah benar-benar senja dan menjelang maghrib, alhasil, kami hanya dapat menikmati pemandangan sambil bermain pasir.



Puas bermain pasir, kami berjalan menelusuri bibir pantai, indah sekali, tenang, suasana deburan ombak yang melengkapi panorama pemandangan yang sangat mengagumkan, terlihat di sana matahari perlahan terbenam dan memancarkan cahaya keemasan yang memanjakan mata, tak pernah lupa kami abadikan momen-momen yang paling mengagumkan di salah satu pantai di kota raja ini.





Berat sekali langkah kaki ini ketika harus beranjak untuk pulang, saya hanya berharap ini bukan yang terakhir kalinya saya mengunjungi pantai ini, semoga akan ada hari-hari lain di kesempatan yang lebih indah mengizinkan saya untuk kembali menikmati matahari terbenam disini.
Dan satu hal, semoga ada saat nya seseorang di balik kamera ini bersedia di publish, dan saya yakin hal itu akan semakin membuat cerita perjalanan menakjubkan saya semakin lengkap. 
and...now...let's go back to home, see you in other moment. 



Rabu, 16 Oktober 2013 0 komentar

Biografi Sosok Ketua Youth Moslem Association of Europe 1995

DR. Hasan Basri saat ini merupakan  Pengajar atau dosen di IAIN Ar-Raniry dan beberapa kampus lain di Indonesia. beliau telah melalang buana hingga ke Eropa untuk menuntut ilmu pendidikan.
Selasa, 15 Oktober 2013 0 komentar

Sejarah Kota Banda Aceh

 
Berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam
Berdasarkan naskah tua dan catatan-catatan sejarah, Kerajaan Aceh Darussalam dibangun diatas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra dan Kerajaan Indra Pura Dari penemuan batu-batu nisan di Kampung Pande salah satu dari batu nisan tersebut terdapat batu nisan Sultan Firman Syah cucu dari Sultan Johan Syah, maka terungkaplah keterangan bahwa Banda Aceh adalah ibukota Kerajaan Aceh Darussalam yang dibangun pada hari Jumat, tanggal 1 Ramadhan 601 H ( 22 April 1205 M) yang dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri.
1 komentar

Sejarah Ciputat


Menelaah kota Tangerang Selatan melalui kacamata sejarah mempunyai pengaruh besar terhadap kemerdekaan tanah air. Tangerang Selatan yang kini berdiri sebagai daerah tingkat II di wilayah Tangerang hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang,  meliputi tujuh kecamatan di dalamnya memiliki nilai historis yang luar biasa. Ciputat merupakan salah satu kecamatan di wilayah Tangerang Selatan yang menjadi pusat peradaban terpenting sehingga Ciputat dijuluki sebagai ibu kota Tangerang Selatatan meskipun pusat pemerintahannya untuk sementara di kantor Kecamatan Pamulang.
 
;